SERIBU KATA UNTUK CFP-BOGAR

            Hutan dan Kehutanan? Kedua kata tersebut mungkin sudah tidak asing dalam pendengaran banyak orang. Dari mulai anak usia dini sampai orang tua, dari yang tinggal di desa sampai rumpun kota dan dari masyarakat primitif sampai masyarakat yang dimanjakan oleh kemodernan.Tapi apa sih yang terlintas pertama kali ketika mendengar kata hutan dan kehutanan? Adakah perbedaan diantara kedua kata tersebut? Dan adakah kaitannya dengan masyarakat Indonesia? Lalu apa itu CFP-BOGAR? Mari kita simak bersama pembahasannya.  Menurut UU no. 41 tahun 1999 hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan yang lain tidak dapat dilepas pisahkan. Hutan memberikan banyak manfaat di berbagai sisi kehidupan seperti nilai ekonomi, sosial-budaya dan yang terpenting adalah nilai ekologis yang tidak ternilai harganya. Si penyandang julukan paru-paru dunia ini memiliki cara tersendiri untuk mengatur ekosistem dan komponen didalamnya. Kemudian apa itu kehutanan? Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu.

Lalu apa hubungannya dengan penjelasan diatas? Kawasan hutan di negeri kita ini sedang krisis bahkan mungkin bisa dikatakan kritis karena penggunaannya yang sangat tidak bijaksana baik dari segi hasil maupun lahan hutan. Dari total luas hutan di Indonesia yang mencapai 180 juta hektar, menurut Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan (Menteri Kehutanan sebelumnya menyebutkan angka 135 juta hektar) sebanyak 21 persen atau setara dengan 36 juta hektar telah dijarah total sehingga tidak memiliki tegakan pohon lagi. Artinya, 36 juta hektar hutan di Indonesia telah musnah. Hal tersebut erat kaitannya dengan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari penikmat hutan itu sendiri. Sebagai contoh kasus penebangan liar (illegal logging) yang terjadi di hampir semua kawasan hutan. Illegal logging adalah kegiatan penebangan, pengangkutan, dan penjualan kayu yang tidak sah atau tidak memiliki izin dari otoritas setempat. Tingginya kasus illegal logging di Indonesia yang mencapai 50,7 juta m3 pertahun, telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat parah.
Selain illegal logging, permasalahan yang sering terjadi adalah kasus perladangan berpindah yaitu suatu sistem bercocok tanam yang dilakukan oleh masyarakat secara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cara membuka lahan hutan primer maupun sekunder. Laju kerusakan hutan di Indonesia menurut perkiraan World Bank antara 700.000 sampai 1.200.000 ha per tahun, dimana deforestasi oleh peladang berpindah ditaksir mencapai separuhnya.
Semua permasalahan yang terjadi berawal dari subjek kehutanan itu sendiri, yaitu mayarakat Indonesia yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang fungsi hutan terutama di bidang ekologis, sehingga memiliki perspektif yang salah dalam hal memenuhi kebutuhnnya dan akhirnya berujung pada pengeksploitasian lahan hutan. Selain kurangnya pengetahuan mengenai manfaat hutan sesungguhnya juga dipengaruhi karena semakin bertambahnya densitas  penduduk sehingga kebutuhan hidupnya pun semakin tak terkendali. Illegal logging, perladangan berpindah dan penyebab kerusakan lainnya menyebabkan dampak negatif yang begitu luas. Secara umum sisi negatifnya adalah terjadinya deforestasi dan degredasi hutan. Dengan terdeforestasi dan terdegredasinya lahan hutan, maka kerugian beruntun yang akan dirasakan seperti hilangnya keanekaragaman hayati, berkurangnya kuantitas air bersih,  fragmentasi habitat, perubahan iklim, bahkan hilangnya kemampuan hutan dalam menanggulangi bencana.
Lalu apa aksi nyata kita sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dalam menanggulangi masalah hutan dan kehutanan untuk memperbaiki lemahnya pengetahuan tentang fungsi hutan ini ? Upaya yang dapat dilakukan khususnya kita sebagai pelajar yang merupakan bagian dari masyarakat muda Indonesia banyak sekali. Salah satunya dengan mengikuti ekstrakurikuler yang menampung siswa-siswi untuk menyalurkan kepeduliannya terhadap hutan dan kehutanan lalu memperjuangkan ekstrakurikuler berbasis kehutanan tersebut diterapkan di seluruh sekolah di wilayah Indonesia agar terjaganya kawasan hutan yang ada. Sebagai contoh ekstrakulikuler Botanical Garden (BOGAR) di SMA Negeri 1 Cibeber yang bergerak dibidang lingkungan, kehutanan dan permasalahannya. Dimana BOGAR ini bekerja sama dengan OISCA TRAINING CENTER.
OISCA (Organization for Industrial and Cultural Advancement) merupakan suatu organisasi International nir laba yang berpusat di Jepang dan memiliki banyak cabang yang tersebar diberbagai negara terutama di kawasan Asia Pasifik dan Amerika latin. Di Indonesia sendiri OISCA ini bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas terutama dalam bidang pertanian dengan Menumbuhkan semangat berkarya dalam diri manusia. Meskipun OISCA ini merupakan organisasi yang berwawasan pertanian,  namun tetap memberikan banyak kebijakan dan program di bidang kehutanan sebagai wujud kepeduliannya terhadap hutan Indonesia. Salah satu dari program OISCA yang aktif  BOGAR ikuti adalah CFP. Sehingga lebih dikenal dengan sebutan CFP-BOGAR.
Program penghijauan hutan anak-anak atau yang lebih dikenal dengan CFP (Chldren Forest Programe) ini merupakan salah satu program OISCA yang menangani pelestarian lingkungan hidup khususnya hutan dengan mengadakan penghijauan yang melibatkan anak-anak sekolah baik tingkat SD/MI dan SMA/MTS/SMK. Pelaksanaan program ini bertujuan agar anak-anak sedini mungkin dapat mencintai, melindungi, memelihara tanaman di hutan dan lingkungannya. Dimana bentuk kegiatan kongkritnya adalah melaksanakan penghijauan dan penanaman pohon dengan melibatkan pelajar. 
Kegiatan-kegiatan yang rutin OISCA berikan kepada CFP-BOGAR diantaranya memberikan materi-materi mengenai lingkungan dan kehutanan untuk dipelajari dan dipahami sehingga bisa diterapkan ke dalam lingkup keluarga.  Selain ilmu-ilmu kehutanan yang diberikan, OISCA juga memberi kesempatan untuk melakukan praktik lapangan berupa menanam, merawat dan menyiangi tanaman secara benar dan keunggulannya sistem perawatan tersebut menggunakan  bahan-bahan organik untuk mengurangi pencemaran lingkungan seperti EMB, pupuk cair organik, dan anti-hama (insectisida dan herbisida) yang organik pula. Dimana pihak dari OISCA menyumbangkan berbagai macam tanaman tingkat tinggi untuk ditanam di area sekolah. Kemudian oleh anggota CFP-BOGAR tanaman tersebut dijaga dan dirawat sampai tumbuh dengan baik sehingga memiliki rasa kepemilikan dan kepedulian lebih terhadap tanaman. Diharapkan dari kegiatan ini berpengaruh luas sampai ke tingkat hutan alam secara nyata. Dan selain hasil sumbangan dari OISCA, CFP-BOGAR melakukan pembenihan dan penyemaian sendiri untuk menghasilkan bibit yang akan ditanam kedepannya. Dan tentunya ilmu tentang pembenihan dan penyemaian tersebut didapatkan dari pihak OISCA sendiri dan saat praktiknya pun didampingi oleh mereka.
            OISCA juga secara rutin selalu memberi kesempatan kepada berbagai sekolah yang aktif dengan CFP untuk mengikuti kegiatan Ecocamp. Kegiatan ini selalu dilaksanakan pada bulan September dengan tujuan mempererat tali persaudaraan sebagai sesama bagian dari masyarakat muda yang harus bersatu dalam menjaga dan melestarikan hutan dan lingkungannya.berbagai kegiatan yang dilaksanakan diantaranya sharing tentang hutan dan lingkungan, berkegiatan mengenal hutan, membuat pupuk organik, Biogames dan banyak lagi. Selain itu, para pemateri dari OISCA menceritakan perbandingan hutan alam di Indonesia dan di Jepang, dimana cara melestarikan hutan di Jepang bisa di terapkan pula di Indonesia.
Yang tidak kalah menariknya adalah OISCA memberikan kesempatan anggota CFP untuk magang. Yang bertujuan untuk memperdalam masalah hutan dan kehutanannya, dimana dengan kegiatan magang ini anggota CFP bisa lebih efektif dan efisien dalam menambah ilmu dan memiliki keterampilan dibidang lingkungan khususnya berwawasan kehutanan untuk diimplementasikan ke seluruh lapisan masyarakat. Kegiatan magang ini dilaksanakan di kawasan OISCA TRAINING CENTER sendiri (Sukabumi) dan diarahkan oleh staf-stafnya.
Kenapa memilih ekstrakurikuler sebagai medium untuk memberikan aksi nyata? Alasan pertama yaitu jumlah anggota di ekstrakurikuler biasanya memadai, tidak berlebihan tidak pula kekurangan. Alasan kedua yaitu ekstrakurikuler biasanya diikuti oleh siswa sesuai minatnya masing-masing, karena sesuai minat maka siswa akan menunjukkan kesediaan lebih dalam mempraktikan ilmu yang didapat tentang hutan dan kehutanan bahkan sampai merambah ke keluarga. Maka akan semakin meluas diseluruh lapisan masyarakat. Alasan terakhir yaitu berkaitan dengan waktu. Jika dibandingkan dengan KBM, ekstrakurikuler memang tidak memiliki waktu sebanyak itu. Namun kegiatannya bisa seintensif mungkin karena siswa menyediakan waktu lebih banyak untuk ekstrakurikuler yang diikuti dan diminatinya. Harapannya ekstrakurikuler ini bisa diterapkan diseluruh sekolah di Indonesia.

Jadi dapat disimpulkan, CFP-BOGAR adalah tindakan yang diperlukan dalam menanggulangi masalah hutan dan kehutanan. Dengan motto “LINDUNGILAH HUTAN DAN BUMI KITA BERSAMA ANAK-ANAK”. Program ini mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat pada umumnya dan dunia pendidikan serta anak-anak khususnya, untuk tetap peduli pada hutan dan lingkungan di muka bumi ini, guna menciptakan generasi baru yang sangat peduli akan kelestarian lingkungannya. Suarakan seribu kata untuk CFP-BOGAR! Artinya kita mendukung sepenuhnya untuk menggalakkan adanya ekstrakurikuler yang terus bergerak di bidang kehutanan sesegera mungkin dan terus menerus berkelanjutan, agar efeknya merambah ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Karena sebagai penghuni bumi, kita memiliki tanggung jawab dalam menjaga, mempertahankan dan melestarikan bumi ini untuk keberlangsungan hidup generasi mendatang tanpa adanya kerusakan yang terjadi. 

Created by;
Yuni Kulsum &Gita Rahayu
Juara 1 Olimpiade Kehutanan 
Indonesia 2015



0 Response to " "

Posting Komentar